Tapi, siapa yang menduga jika anak kedua dari tiga bersaudara ini, terlahir dari sebuah keluarga miskin di kota Malang, tepatnya pada bulan Desember 1954. Pada usia 11 tahun (kelas 6 SD), Andrie terpaksa harus berhenti bersekolah karena sekolah mandarin tempatnya belajar ditutup. Itulah yang membuatnya punya gelar SDTT alias Sekolah Dasar Tidak Tamat. Sejak saat itu, Andrie melalui masa kecil hingga remajanya dengan membantu orangtua membuat dan menjual kue berkeliling ke toko-toko dan pasar.
Ada sebuah tanda tanya besar yang menggelayut di dadanya, dengan apa nasib ini dapat diubah? Maka, lewat perenungan panjang, Andrie yang kala itu berusia 22 tahun memutuskan untuk mengadu nasib ke Jakarta. Andrie berangkat dengan satu tekad yakni siap menghadapi apapun di depan dengan berani dan penuh kejujuran. Di Jakarta, Andrie memulai kehidupan barunya dengan bekerja sebagai salesman produk sabun hingga menjadi pelayan toko.
Kesukaannya bermain kungfu dari kecil dan kemampuannya bergaul dengan semua kalangan membawanya mendirikan perguruan kungfu “Hap Kun Do”, yakni sebuah aliran bela diri yang mengutamakan kekuatan, kecepatan, dan fleksibilitas. Dari belajar kungfu inilah, Andrie dapat membentuk sikap mental positif yaitu disiplin, tanggung jawab, pantang menyerah, ulet, dan bersikap ksatria. Dari sini pula bakat mengajar dan memotivasi Andrie terasah
Saat film-film laga dari Taiwan merajai layar lebar perfilman Indonesia , Andrie yang merasa berwajah oke dan memiliki badan atletis, menyimpan hasrat menjadi seorang bintang film laga. Lewat latihan keras, lebih keras, dan lebih keras lagi, serta setelah melalui proses gagal dan bangkit, mimpi Andrie menjadi kenyataan. Surat lamarannya sebagai bintang film diterima oleh perusahaan Eterna Film Hongkong, dengan kontrak kerja selama tiga tahun . Tahun 1980, untuk pertama kalinya Andrie ke luar negeri, pertama kali naik pesawat, dan untuk pertama kali pula menghadapi kamera. Hidup Andrie saat itu serasa berada di awang-awang. Tetapi setelah melewati tiga tahun dan setelah merasakan suka duka bermain film di Taiwan, Andrie menyadari bahwa dunia film bukanlah dunianya lalu dia memutuskan untuk kembali ke Indonesia.
Sepulangnya ke Indonesia, dia pun memutuskan tidak akan memperpanjang kontraknya. Banyak orang menyatakan Andrie gagal karena tidak ada satu film pun yang diwakilinya sebagai bintang utama. Tetapi Andrie merasa dirinya sukses secara mental dalam memperjuangkan impian menjadi kenyataan.
Menandai setiap peristiwa yang telah dilalui, Andrie gemar menuangkannya dalam bentuk kata-kata mutiara di buku hariannya. Saat salah seorang teman kos mencontek kata-kata yang dibuatnya, dari situlah muncul ide membuat kartu ucapan kata-kata mutiara, dengan tujuan selain untuk memotivasi diri sendiri, juga untuk membantu memotivasi orang lain melalui kartu ucapan. Dibantu oleh sang kekasih Haryanti Lenny (sekarang istri), dimulailah bisnis membuat kartu dengan merk HARVEST, yang di kemudian hari, mengukuhkan Andrie sebagai raja kartu ucapan.
Kemudian diversifikasi perusahaan pun dilakukan, merambah ke bidang holografi, perusahaan mainan, pengelola beberapa foodcourt dan untuk menaungi bidang pendidikan dan kepelatihan, Andrie mendirikan AW motivation training dan AW Publising, Multimedia serta membuka beberapa outlet AW Success Shop yaitu toko pertama di Indonesia yang khusus menjual produk-produk motivasi. Sejak tahun tahun 1989, dia menjadi pembicara/motivator intern PT. Harvindo Perkasa (Harvest Fans Club di berbagai kota), dan dari sinilah, kemudian ia sering melakukan training motivasi, tidak hanya untuk Harvindo tapi juga untuk berbagai perusahaan dan instansi. Kini, ia dijuluki sebagai Motivator No. 1 di Indonesia. Lalu, gelarnya ditambah TBS, yang artinya Tapi Bisa Sukses. Itulah Andrie Wongso, SDTT, TBS
sumber : andriewongso.com, id.wikipedia.org, facebook.com/motivator.no.1.indonesia
0komentar:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !