Pagi ini 25 september 2011, seperti layaknya suasana pagi biasanya jam 05.30 aku mengerdipkan mata, "HOammmm" masih dibebani rasa ngantuk yang berat aku tekuk pinggang ini ke posisi duduk dengan kaki masih terbujur lurus. GRAKK suara temanku membuka pintu warnet. ya malam tadi aku tidur diwarnet bersama temanku JOKO. "lu selalu aja gak bilang JOk!" miris denger bunyi ngik dari tu pintu. untung aku udah ikut bangun jadi gak begitu kaget dengernya" protesku pada si joko pejantan perut agak tambun. gua selalu kalah duluan buat bangun pagi ma dia. kumur-kumur piuffffffffffffff.. kumur kumur piufffffffffffff..
"setelah ngeteh ma kajian dimushola pagi ini jam 07 gua anterin ke stasiun jok"
"hueeeee mo ngapain?"
"kangen ma dedek gua jok, nanti aku mintain ijin ma mas lukman"
"ngawur, mo kejogja lu?"
"iya"
"ah terserah eloe, serba ngerepotin lu!"
"hehehe sori"
akhirnya gua berangkat dengan pakaian seadanya gak mandi, gak pake minyak wangi, gak sikat gigi, gua naik Madiun Jaya sebuah kereta model KRL yang melayani rute domestik antar kota antar propinsi Madiun - Jogja.
"Berapa pak? Jogja satu orang?"
"dua puluh ribu dek"
"aku tawar 23 ribu boleh gak pak?" aksiku lantang dengan bangga, orang2 yang antre disekitarku pada bengong?
"ditawar? kayak mo beli kangkung aja dek?" koar ibu2 separu baya didekatku
"malah mahal pula, kurang kerjaan ya ni anak" celetuk bapak-bapak berkumis sadis disampingku.
"asal dapet tempat duduk pak"
sang petugas gak komen apa-apa tanpa sepatah kata apapun dia langsung menyodorkan satu lembar tiket sama kembalian pecahan 10ribuan tiga lembar kepadaku. sorot matanya tajam seakan dia tahu ni anak lagi peang kali kepalanya kejadug tangga peron tadi.
tak berapa lama suara kereta perlahan mulai terdengar, mulai kencang terdengar kemudian tiba dan berhenti mendekat kepadaku, perasaan kangen ini untuk dia seolah menjadikanku berimajinasi kalau kereta ini yang pintu masuknya pas berhenti didepanku seperti tersedia hanya untukku menjemputku seorang untuk menghantarku kejogja membawa rasa rindu ini, menghantarkan rasa rindu ini untuk diberikan kepadanya, diberikan kepada seorang yang sangat aku sayangi. kemudian seolah kereta itu dengan decitan panjang suara lokomotifnya membuat sebuah nada unik ditelingaku, yang decitan perdetiknya jika dirangkai seperti alunan simphony yang indah dengan didalamnya sebuah kalimat menyapaku,kereta itu :|
"mari kawan, naiklah didalam punggungku ayo kita pergi menjemput rasa kangen itu kan kuhantarkan kau sampai menjumpai orang yang juga menyimpan rasa kangen untukmu itu"
aku belum masuk, masih berdiri sambil tersenyum memandangi pintu kereta yang terbuka itu sampai sebuah bunyi peluit melengking kudengar dari salah seorang petugas stasiun.
"hwuooii cepet masuk mas, keretanya dah mau jalan!!"
"eh hehe iya pak, siap! mari" kataku seraya tersenyum kepada beliau sambil masuk ke dalam kereta api ini, kereta yang menghantar kangenku untuknya, hari ini.
pagi-pagi gini penuhnya sampai minta maaf nih kereta,walau mungkin fasilitasnya selayak dengan kereta-kereta KRL ekskutif jabodetabek tetap saja dikelas ekonomi Madiun Jaya ini penuh dengan rasa pengap, bau cologne yang campur dengan bau ketiak alami para penumpangnya menjadikan sensasi aroma yang mengguncang dunia, ditengah-tengah suasana yang serba tidak mengenakkan baunya seperti tersebut tiba-tiba terdengar suara :
"TUTTTTTTTT!" kenceng, sringgggg semua penumpang bapak-bapak ibuk-ibuk dedek, maz, om, tante, kakek, nenek tiba-tiba mendelik, menaruh pandangan tajam nan curiga dengan muka-muka yang tidak bisa ditutupi dari rasa syok dan terkaget-kaget bukan main. bukan itu bukan suara sebuah letusan bom yang gagal meledak, suara itu kecil tapi tajam tahu sendirilah aksen dari kata TUT apalagi kalo bukan ilustrasi suara dari sebuah kentut yang gak bisa ditahan.saling lempar curiga antar penumpang, ada yang berkoar, ada yang ngedumel, ada yang diam seribu bahasa karena langsung aja nutup mulut sama sisa sapu tangan yang lainnya buat nyumpet hidung. bau bau bau bau bau bau ditengah sedang riuh rame dan hiruk pikuknya suasana kacau ini aku merasakan getaran dret dret dret pada hapeku yang diiringi bunyi ringtone smsnya, menandakan sedang ada sebuah pesan masuk yang harus segera aku baca.
"KITA PUTUSSSSSS!!" tak ada apa-apa, reaksiku kosong membaca pesan sms tersebut.
tik tik tik tik tik, beberapa saat langsung cekat tangan ini mengetik tuts huruf-huruf hape.
"kenapa pengen PUTUS iiank?"
"YA PENGEN PUTUS AJA" enteng, jawaban itu ringan tidak tahu seberapa telah beratnya aku memanggul rasa rindu ini, rasa kangen ini. kata-kata tersebut tidak sebanding dengan tiket ini, dengan rasa kangen ini, dengan semangat pagiku kali ini untuk menemui dirinya. koyak perasaan ini, luntur, menguap mungkin malah segera hilang semangat ini. aku kacau. tidak ada pikiran apa-apa semuanya terasa kosong dibenak ini, sambil memandangi orang-orang disekelilingku yang sedang sibuk dengan urusan mereka masing-masing ini, memandangi kaca jendela kereta ini yang terasa mengayuh rodanya tiada henti tiada bertujuan, pohon-pohon yang kulihat diluar dari dalam kereta ini seakan melambai menjauh seperti mengucapkan selamat tinggal pada semangatku, tekadku, semua yang kupandangi yang kurasa dengan panca indera ini terasa bisu, terasa gelap, dan dingin. bahkan entah orang-orang ini yang sedang menggerutu hebat karena insiden kentut tadi tak terdengar volume suaranya, mereka sedang seperti berpantomim, tak ada rasa, sunyi, hati ini tak tahu lagi akan seberapa jauh kalutnya sampai kereta ini berhenti nanti, entah kapan. semua seperti hilang begitu saja. semangatku, rencanaku ingin membeli maem buat dia nanti, memijitin rasa capek dia nanti, melucu sampai bisa bersenda gurau nanti, tak ada nanti, tak ada rencana, saat ini kalut.
"ya udah kalo gak mau balas aku juga gak bakal sms lagi kok". seperti tanpa rasa apa-apa dengan keentengan ucapan kalimat seperti itu dia kembali mengirimkan sms. aku yang sedang dalam keadaan seperti ini tak bisa berbuat apa-apa,aku sudah tidak sabar apa aku harus nemuin masinis dan bilang kiri-kiri pak atau kalaupun itu tak mungkin aku bisa langsung loncat dari dalam kereta ini kemudian berlari sekencang-kencangnya untuk mencari jalan pintas menuju kostnya tapi bukankah aku tak tahu daerah ini bukankah aku tidak bisa lebih kecang berlari dari kereta ini walau seberapa maksimalnya kecepatan kaki ini mengayun, memacu lari, akan tetap tak bisa melebihi kencangnya kereta ini, kereta yang tadi pagi seperti menyemangatiku begitu besarnya dengan pongah asap yang mengepul tinggi dari cerobongnya, dengan decitan suara mesinnya yang menggelegar seperti ingin memecah ruas ruas rel itu sendiri.
"hehhhh.." akhirnya disela-sela sunyinya suasana hati ini, remuk redamnya semangatku ini terdengar desahan lepas yang tipis & sayup terdengar, pelan, pelan sekali walau sebenarnya seperti seorang yang menghela napas lalu mengeluarkan beban didalam pundaknya didalam dadanya, hopeless. lututku yang sudah dari tadi aku tegakkan berdiri karena tidak mendapat jatah tempat duduk didalam kereta ini semakin terasa lelah, lemas, tidak kuat, pada hitungan tiga detik kedepan aku sudah bersimpuh, tenggelam diantara tingginya kaki kaki orang-orang didalam kereta ini, aku menghela napas berkali-kali, masih kosong. tidak, tidak akan patah menjadi kepingan-kepingan kecil semangat ini sampai aku bisa menemuinya, solo, klaten, & terakhir jogja, ya jogja separuh perjalanan ini tak akan aku buat menjadi sia-sia hanya karena gertakan itu, hanya karena alphabet sms-sms yang seharusnya aku duga salah kirim ini, demi tiket yang aku membelinya dari uang makan satu minggu yang aku sisihkan ini, demi rasa kangenku untuk mencubit hidung mancungnya itu, jogja, satu setengah jam lagi aku injak tanahmu aku berjanji gak akan mematahkan semangat ini menjadi serpihan yang berkeping keping lalu hilang begitu saja. perasaan tulus ini tidak boleh terhenti begitu saja, lihat kereta ini, lihatlah dia terus melaju tanpa harus tahu berapa lama seberapa jauh, seberapa beratnya angkutan ini ditumpangi & dibebani. ya sisa-sisa semangat ini harus terus aku jaga sampai nanti sampai dijogja sampai dikost dia & sampai rencana-rencana yang spontan aku susun tadi pagi dingawi bisa terwujud.
maguwo, ya aku bisa membaca tulisan itu, tulisan sebuah nama stasiun kecil dekat dengan bandara adi sucipto yang dari stasiun kecil ini kurang dari 10 menit akan segera sampai dilempuyangan, salah satu stasiun utama di Jogja, ya! aku akan segera tiba di jogja, tiba saatnya untuk siap menemui dia dengan segala perasaan yang sudah tak menentu ini. aku hancur, ini didalam ini. tapi bukan berarti aku bisa terlihat lemah.
"mas mas mari mari mo tindakan kemana?" tanya seorang tukang becak ramah, ramah karena ada maunya, mau supaya aku menggunakan jasa transportasi yang ditawarkannya, sudah pasti itu.
"mo ke jalan mangkunegaran pak"
"oh yang deket balai kota itu tha?, mari mari maz saya anterin gak usah ditawar pasti murah kok.."
"tapi pak saya..."
"udah udah tenan iki gak usah pake acara nawar kelamaan, sama sampeyan pas sudah saya kasih harga murah 10ribu saja mari mari.."
"tidak pak wong saya cuma mau ke pertigaan bawah jembatan sana, mau nyalamin pak polisi yang dipost habis tu minta tolong anterin beliau buat nyari alamat ini, anggep saja saya sedang kesasar dan ilang pasti dapat boncengan gratis dah pasti aman dan selamat sampai tujuan hehehhe" jawabku ngawur, ngawur banget, sengawur-ngawurnya sambil nunjuk arah yang aku maksud tersebut yang tak lebih dari 20an meter jaraknya denganku yang berdiri sama pak tukang becak ini.
"huh ngawur anak ini, orang yang aneh, bla bla bla" sambil menggerutu pelan dan terlihat dongkol bapak becak itu pergi menjauh meninggalkanku yang masih sedang diselimuti dengan perasaan yang ahhhh aku sendiri sedang tak ingin menjelaskannya, susah berat.
akhirnya benar aku susuri jalanan dengan kaki ini, dengan langkahnya yang mungkin gontai tanpa daya seperti layaknya orang yang belum pernah sarapan selama tiga hari ini. 10 menit, 20 menit, srak srak srak suara tapak sandal ini ku seret, terseret lemah gak ada semangatnya gak ada dayanya tapi terus kuseret kulangkahkan sejengkal demi sejengkal dengan ditemani sengatan panasnya aspal jalan kota jogja yang terpanggang teriknya sinar matahari pada penghabisan musim kemarau ini. syukur didalam perasaan ini ada sedikit rasa senang, rasa yang membuat mata ini berkaca-kaca yang kemudian memberikan sedikit efek untuk memulihkan rasa semangat ini, rasa kangen ini, rasa sayang ini kepadanya. menjadikanku bisa memotivasi & menumbuhkan kembali rasa semangat ini walau aku tahu masih sekitar dua kilo lebih jalur yang akan ketempuh nanti untuk berhasil mencapai depan kostnya berada. 30 menit, 40 menit, 45 menit baru pada menit terakhir itu aku bisa sampai di ujung pertigaan jalan menuju gang ke kostnya.
"Pak nasi dibungkus satu ya pak?" aku mampir, memasuki sebuah warung pojok tempat seorang bapak-bapak jualan nasi.
"oh iya maz bentar ya? pake lauk apa?"
"ini telur goreng sama ikan goreng satu, oh iya dikasih tempe sama tahunya ya pak"
"iya dek". setelah selesai membayar nasi segera dengan senyum yang kukulum kecil makin kumantapkan langkah ini menuju gang yang tidak lebih lagi hanya berjarak 20an meter tersebut dari kost tempat dedekku berada. Im here.
srak, srak, srak. set. aku hentikan langkah ini didepan gerbang kost milik dia.tidak tahu tiba-tiba ada sebuah rasa keraguan kembali menyeruak muncul perlahan-lahan. masuk, enggak, masuk, enggak, enggak, enggak, enggak, masukk, masuk!!!!
ya aku harus masuk bismillah moga niat baik ini segera dipermudah jalannya. ku injak juga halaman depan rumah kost ini, ada pagar tidak ditutup aku bisa lenggang & mudah memasukinya.
"assalamalekum, bukk.. saya temennya green. bisa dipanggilin anaknya buk?" yang seketika setelah masuk tak berapa lama seorang ibuk2 tua dengan bedak agak tebal menemuiku, sepertinya dia pemilik kost ini, dia yang dipanggil oleh anak-anak kost dengan sebutan ibuk kost.
"oh mau maen keluar tha?"
"oh enggak kok buk, cuma disini aja. saya kakaknya ini mau nganterin maem buat dia.."
"oh iya iya sebentar, tunggu disini ya? tak panggilin anaknya.. Greenn" suara ibuk kost beranjak menjauh seraya memanggil nama itu. "ini dicariin temenmu. cowok.." suaranya lantang tapi lirih karena dia sekitar 10 meter lebih jauh dariku untuk menghampiri kamar kost dedekku, memanggilkannya untukku.
tak berapa lama aku melihat sosok itu, seorang cewek dengan rambut acak-acakan dan mata sayup belum penuh terbuka, dia terlihat habis bangun tidur & terlihat sekali kalau dia sedang kecapekan. dialah dedekku itu seorang cewek dengan tubuh mungil, hidung mancung, dengan rambut acak-acakan tapi tetap terlihat indah dan wangi baunya. Jempol tanganku aku acungkan dengan posisi memutar ke bawah tepat didepan mukaku dekat dengan mulut menunjukkan bahasa isyarat untuk aku yang sedang kehausan dan ingin meminta seteguk air putih dari persediaan minumnya.
Dia tidak nampak antusias memandangku untuk kali ini ya walaupun kita sudah tidak berjumpa untuk kesekian lamanya. seolah ingin mengatakan huff ngapain kesini? aku sedang capekk.. entah mungkin karena akhir-akhir ini sikapku yang membosankan kepada dia atau karena barusan sms dia yang baru tadi.
"Oh.." hanya dengan deheman Oh dia langsung berbalik ke kamar kostnya lagi terlihat tahu apa yang harus dilakukan pada aku yang sedang terlihat melas & patut dikasihani karena rasa haus yang membikin pucat pasi wajahku yang hampir membuatku mirip zombie linglung yang baru jatuh dari pohon mangga.
tak berapa lama dia kembali datang menghampiriku dengan membawa satu botol air mineral yang isinya tinggal separuh dari botol yang berkapasitas 1,5 liter itu. sambil mencari tempat duduk diantara bangku yang ada di sekitar beranda kost aku meneguk dengan penuh semangat air mineral tersebut "glek glek glekkk.. ahhhhh, akhirnya.." selorohku lantang seperti seorang yang lagi nemuin emas setengah kilo dipadang mahsyar eh dipadang gurun yang tandus (eh tetep enakan nemuin air ya kalo dipadang gurun yang tandus? ah bodo)
"kok gak bilang-bilang mo kesini, lagi capek ini..."
"hehehe maaf dedek bukannya gak ngasih tau sebelume, tapi memang tadi pagi spontanitas aja pengen maen gak ada niat gak ada rencana sebelumnya.. hehehe sori"
"ya gak gitu juga kali, kan biar aku mandi dulu atau apa gitu.." potong dia kemudian, tetap dengan raut muka capek, tanpa semangat seperti enggan & sangat terpaksa menemui aku, terlihat malah sekarang tambah cemberut aja.
"aku pusing.."
"oh, sini sini.." kudekati dia aku coba kusandarkan kepalanya dipundakku kemudian aku mulai mencoba memijit bagian-bagian kepalanya yang dia rasa sedang sakit dan pusing.
"gimana? sebelah sini? yang ini?" tanyaku sambil coba memposisikan pijitanku dan meminta komentar kepadanya.
"hehe ih malah geli tau.." kelakarnya.
"oh pasti yang sini, hmmm maaf ya dedek mungkin sekarang dah mulai luntur kebakatanku jadi tukang pijit profesional sebenarnya mbah kakungku juga pernah punya impian jadi tukang pijit profesional lho malah mungkin dia pengen bisa juga go internasional lho!"
"halah kamu ini, kalo go international terus siapa yang mau jadi langganan pijit simbah? tau sendiri kan diluar sana tehnik medis atau pengobatan dah pada maju-maju apalagi sekarang dengan mudah gampang ditemui alat-alat canggih mulai dari akupuntur untuk sakit-sakit ringan sampai gejala penyakit serius lainnya, mengada-ada saja simbahmu itu maz" selorohnya coba memberi presentasi singkat pada apa yang didasari dari pengetahuan yang sedang berkembang saat ini, dewasa ini.
aku kemudian menjawab dengan bingkai alibi tradisional pada pemikiranku yang sederhana ini.
"ya sapa tau tha dek wong namanya rejeki itu juga ndak bakal kemana kalo emang kita mau rajin-rajin dan ndak berhenti berusaha gak bakal terkikisnya rejeki karena kalah bersaing dengan teknologi termutahir apapun jaman sekarang ini, simbahku itu juga gak asal bermimpi dan bercita-cita semua sudah dia hitung pake logika dan secara matang. ya sapa tau ya? namany juga sapa tau diluar nanti yang simbah buka praktek pijit disana ada TKI dari indonesia yang habis pulang kerja dan sangat capek ingin merasakan sentuhan jemari tukang pijit yang dapat menghalau hilang pada rasa penat-penat ditubuh mereka. orang yang dipijit sama orang yang serta merta minum obat atau menggunakan bentuk alat-alat medis lainnya sensasi rasanya berbeda lho dek.."
"setelah ngeteh ma kajian dimushola pagi ini jam 07 gua anterin ke stasiun jok"
"hueeeee mo ngapain?"
"kangen ma dedek gua jok, nanti aku mintain ijin ma mas lukman"
"ngawur, mo kejogja lu?"
"iya"
"ah terserah eloe, serba ngerepotin lu!"
"hehehe sori"
akhirnya gua berangkat dengan pakaian seadanya gak mandi, gak pake minyak wangi, gak sikat gigi, gua naik Madiun Jaya sebuah kereta model KRL yang melayani rute domestik antar kota antar propinsi Madiun - Jogja.
"Berapa pak? Jogja satu orang?"
"dua puluh ribu dek"
"aku tawar 23 ribu boleh gak pak?" aksiku lantang dengan bangga, orang2 yang antre disekitarku pada bengong?
"ditawar? kayak mo beli kangkung aja dek?" koar ibu2 separu baya didekatku
"malah mahal pula, kurang kerjaan ya ni anak" celetuk bapak-bapak berkumis sadis disampingku.
"asal dapet tempat duduk pak"
sang petugas gak komen apa-apa tanpa sepatah kata apapun dia langsung menyodorkan satu lembar tiket sama kembalian pecahan 10ribuan tiga lembar kepadaku. sorot matanya tajam seakan dia tahu ni anak lagi peang kali kepalanya kejadug tangga peron tadi.
tak berapa lama suara kereta perlahan mulai terdengar, mulai kencang terdengar kemudian tiba dan berhenti mendekat kepadaku, perasaan kangen ini untuk dia seolah menjadikanku berimajinasi kalau kereta ini yang pintu masuknya pas berhenti didepanku seperti tersedia hanya untukku menjemputku seorang untuk menghantarku kejogja membawa rasa rindu ini, menghantarkan rasa rindu ini untuk diberikan kepadanya, diberikan kepada seorang yang sangat aku sayangi. kemudian seolah kereta itu dengan decitan panjang suara lokomotifnya membuat sebuah nada unik ditelingaku, yang decitan perdetiknya jika dirangkai seperti alunan simphony yang indah dengan didalamnya sebuah kalimat menyapaku,kereta itu :|
"mari kawan, naiklah didalam punggungku ayo kita pergi menjemput rasa kangen itu kan kuhantarkan kau sampai menjumpai orang yang juga menyimpan rasa kangen untukmu itu"
aku belum masuk, masih berdiri sambil tersenyum memandangi pintu kereta yang terbuka itu sampai sebuah bunyi peluit melengking kudengar dari salah seorang petugas stasiun.
"hwuooii cepet masuk mas, keretanya dah mau jalan!!"
"eh hehe iya pak, siap! mari" kataku seraya tersenyum kepada beliau sambil masuk ke dalam kereta api ini, kereta yang menghantar kangenku untuknya, hari ini.
pagi-pagi gini penuhnya sampai minta maaf nih kereta,walau mungkin fasilitasnya selayak dengan kereta-kereta KRL ekskutif jabodetabek tetap saja dikelas ekonomi Madiun Jaya ini penuh dengan rasa pengap, bau cologne yang campur dengan bau ketiak alami para penumpangnya menjadikan sensasi aroma yang mengguncang dunia, ditengah-tengah suasana yang serba tidak mengenakkan baunya seperti tersebut tiba-tiba terdengar suara :
"TUTTTTTTTT!" kenceng, sringgggg semua penumpang bapak-bapak ibuk-ibuk dedek, maz, om, tante, kakek, nenek tiba-tiba mendelik, menaruh pandangan tajam nan curiga dengan muka-muka yang tidak bisa ditutupi dari rasa syok dan terkaget-kaget bukan main. bukan itu bukan suara sebuah letusan bom yang gagal meledak, suara itu kecil tapi tajam tahu sendirilah aksen dari kata TUT apalagi kalo bukan ilustrasi suara dari sebuah kentut yang gak bisa ditahan.saling lempar curiga antar penumpang, ada yang berkoar, ada yang ngedumel, ada yang diam seribu bahasa karena langsung aja nutup mulut sama sisa sapu tangan yang lainnya buat nyumpet hidung. bau bau bau bau bau bau ditengah sedang riuh rame dan hiruk pikuknya suasana kacau ini aku merasakan getaran dret dret dret pada hapeku yang diiringi bunyi ringtone smsnya, menandakan sedang ada sebuah pesan masuk yang harus segera aku baca.
"KITA PUTUSSSSSS!!" tak ada apa-apa, reaksiku kosong membaca pesan sms tersebut.
tik tik tik tik tik, beberapa saat langsung cekat tangan ini mengetik tuts huruf-huruf hape.
"kenapa pengen PUTUS iiank?"
"YA PENGEN PUTUS AJA" enteng, jawaban itu ringan tidak tahu seberapa telah beratnya aku memanggul rasa rindu ini, rasa kangen ini. kata-kata tersebut tidak sebanding dengan tiket ini, dengan rasa kangen ini, dengan semangat pagiku kali ini untuk menemui dirinya. koyak perasaan ini, luntur, menguap mungkin malah segera hilang semangat ini. aku kacau. tidak ada pikiran apa-apa semuanya terasa kosong dibenak ini, sambil memandangi orang-orang disekelilingku yang sedang sibuk dengan urusan mereka masing-masing ini, memandangi kaca jendela kereta ini yang terasa mengayuh rodanya tiada henti tiada bertujuan, pohon-pohon yang kulihat diluar dari dalam kereta ini seakan melambai menjauh seperti mengucapkan selamat tinggal pada semangatku, tekadku, semua yang kupandangi yang kurasa dengan panca indera ini terasa bisu, terasa gelap, dan dingin. bahkan entah orang-orang ini yang sedang menggerutu hebat karena insiden kentut tadi tak terdengar volume suaranya, mereka sedang seperti berpantomim, tak ada rasa, sunyi, hati ini tak tahu lagi akan seberapa jauh kalutnya sampai kereta ini berhenti nanti, entah kapan. semua seperti hilang begitu saja. semangatku, rencanaku ingin membeli maem buat dia nanti, memijitin rasa capek dia nanti, melucu sampai bisa bersenda gurau nanti, tak ada nanti, tak ada rencana, saat ini kalut.
"ya udah kalo gak mau balas aku juga gak bakal sms lagi kok". seperti tanpa rasa apa-apa dengan keentengan ucapan kalimat seperti itu dia kembali mengirimkan sms. aku yang sedang dalam keadaan seperti ini tak bisa berbuat apa-apa,aku sudah tidak sabar apa aku harus nemuin masinis dan bilang kiri-kiri pak atau kalaupun itu tak mungkin aku bisa langsung loncat dari dalam kereta ini kemudian berlari sekencang-kencangnya untuk mencari jalan pintas menuju kostnya tapi bukankah aku tak tahu daerah ini bukankah aku tidak bisa lebih kecang berlari dari kereta ini walau seberapa maksimalnya kecepatan kaki ini mengayun, memacu lari, akan tetap tak bisa melebihi kencangnya kereta ini, kereta yang tadi pagi seperti menyemangatiku begitu besarnya dengan pongah asap yang mengepul tinggi dari cerobongnya, dengan decitan suara mesinnya yang menggelegar seperti ingin memecah ruas ruas rel itu sendiri.
"hehhhh.." akhirnya disela-sela sunyinya suasana hati ini, remuk redamnya semangatku ini terdengar desahan lepas yang tipis & sayup terdengar, pelan, pelan sekali walau sebenarnya seperti seorang yang menghela napas lalu mengeluarkan beban didalam pundaknya didalam dadanya, hopeless. lututku yang sudah dari tadi aku tegakkan berdiri karena tidak mendapat jatah tempat duduk didalam kereta ini semakin terasa lelah, lemas, tidak kuat, pada hitungan tiga detik kedepan aku sudah bersimpuh, tenggelam diantara tingginya kaki kaki orang-orang didalam kereta ini, aku menghela napas berkali-kali, masih kosong. tidak, tidak akan patah menjadi kepingan-kepingan kecil semangat ini sampai aku bisa menemuinya, solo, klaten, & terakhir jogja, ya jogja separuh perjalanan ini tak akan aku buat menjadi sia-sia hanya karena gertakan itu, hanya karena alphabet sms-sms yang seharusnya aku duga salah kirim ini, demi tiket yang aku membelinya dari uang makan satu minggu yang aku sisihkan ini, demi rasa kangenku untuk mencubit hidung mancungnya itu, jogja, satu setengah jam lagi aku injak tanahmu aku berjanji gak akan mematahkan semangat ini menjadi serpihan yang berkeping keping lalu hilang begitu saja. perasaan tulus ini tidak boleh terhenti begitu saja, lihat kereta ini, lihatlah dia terus melaju tanpa harus tahu berapa lama seberapa jauh, seberapa beratnya angkutan ini ditumpangi & dibebani. ya sisa-sisa semangat ini harus terus aku jaga sampai nanti sampai dijogja sampai dikost dia & sampai rencana-rencana yang spontan aku susun tadi pagi dingawi bisa terwujud.
maguwo, ya aku bisa membaca tulisan itu, tulisan sebuah nama stasiun kecil dekat dengan bandara adi sucipto yang dari stasiun kecil ini kurang dari 10 menit akan segera sampai dilempuyangan, salah satu stasiun utama di Jogja, ya! aku akan segera tiba di jogja, tiba saatnya untuk siap menemui dia dengan segala perasaan yang sudah tak menentu ini. aku hancur, ini didalam ini. tapi bukan berarti aku bisa terlihat lemah.
"mas mas mari mari mo tindakan kemana?" tanya seorang tukang becak ramah, ramah karena ada maunya, mau supaya aku menggunakan jasa transportasi yang ditawarkannya, sudah pasti itu.
"mo ke jalan mangkunegaran pak"
"oh yang deket balai kota itu tha?, mari mari maz saya anterin gak usah ditawar pasti murah kok.."
"tapi pak saya..."
"udah udah tenan iki gak usah pake acara nawar kelamaan, sama sampeyan pas sudah saya kasih harga murah 10ribu saja mari mari.."
"tidak pak wong saya cuma mau ke pertigaan bawah jembatan sana, mau nyalamin pak polisi yang dipost habis tu minta tolong anterin beliau buat nyari alamat ini, anggep saja saya sedang kesasar dan ilang pasti dapat boncengan gratis dah pasti aman dan selamat sampai tujuan hehehhe" jawabku ngawur, ngawur banget, sengawur-ngawurnya sambil nunjuk arah yang aku maksud tersebut yang tak lebih dari 20an meter jaraknya denganku yang berdiri sama pak tukang becak ini.
"huh ngawur anak ini, orang yang aneh, bla bla bla" sambil menggerutu pelan dan terlihat dongkol bapak becak itu pergi menjauh meninggalkanku yang masih sedang diselimuti dengan perasaan yang ahhhh aku sendiri sedang tak ingin menjelaskannya, susah berat.
akhirnya benar aku susuri jalanan dengan kaki ini, dengan langkahnya yang mungkin gontai tanpa daya seperti layaknya orang yang belum pernah sarapan selama tiga hari ini. 10 menit, 20 menit, srak srak srak suara tapak sandal ini ku seret, terseret lemah gak ada semangatnya gak ada dayanya tapi terus kuseret kulangkahkan sejengkal demi sejengkal dengan ditemani sengatan panasnya aspal jalan kota jogja yang terpanggang teriknya sinar matahari pada penghabisan musim kemarau ini. syukur didalam perasaan ini ada sedikit rasa senang, rasa yang membuat mata ini berkaca-kaca yang kemudian memberikan sedikit efek untuk memulihkan rasa semangat ini, rasa kangen ini, rasa sayang ini kepadanya. menjadikanku bisa memotivasi & menumbuhkan kembali rasa semangat ini walau aku tahu masih sekitar dua kilo lebih jalur yang akan ketempuh nanti untuk berhasil mencapai depan kostnya berada. 30 menit, 40 menit, 45 menit baru pada menit terakhir itu aku bisa sampai di ujung pertigaan jalan menuju gang ke kostnya.
"Pak nasi dibungkus satu ya pak?" aku mampir, memasuki sebuah warung pojok tempat seorang bapak-bapak jualan nasi.
"oh iya maz bentar ya? pake lauk apa?"
"ini telur goreng sama ikan goreng satu, oh iya dikasih tempe sama tahunya ya pak"
"iya dek". setelah selesai membayar nasi segera dengan senyum yang kukulum kecil makin kumantapkan langkah ini menuju gang yang tidak lebih lagi hanya berjarak 20an meter tersebut dari kost tempat dedekku berada. Im here.
srak, srak, srak. set. aku hentikan langkah ini didepan gerbang kost milik dia.tidak tahu tiba-tiba ada sebuah rasa keraguan kembali menyeruak muncul perlahan-lahan. masuk, enggak, masuk, enggak, enggak, enggak, enggak, masukk, masuk!!!!
ya aku harus masuk bismillah moga niat baik ini segera dipermudah jalannya. ku injak juga halaman depan rumah kost ini, ada pagar tidak ditutup aku bisa lenggang & mudah memasukinya.
"assalamalekum, bukk.. saya temennya green. bisa dipanggilin anaknya buk?" yang seketika setelah masuk tak berapa lama seorang ibuk2 tua dengan bedak agak tebal menemuiku, sepertinya dia pemilik kost ini, dia yang dipanggil oleh anak-anak kost dengan sebutan ibuk kost.
"oh mau maen keluar tha?"
"oh enggak kok buk, cuma disini aja. saya kakaknya ini mau nganterin maem buat dia.."
"oh iya iya sebentar, tunggu disini ya? tak panggilin anaknya.. Greenn" suara ibuk kost beranjak menjauh seraya memanggil nama itu. "ini dicariin temenmu. cowok.." suaranya lantang tapi lirih karena dia sekitar 10 meter lebih jauh dariku untuk menghampiri kamar kost dedekku, memanggilkannya untukku.
tak berapa lama aku melihat sosok itu, seorang cewek dengan rambut acak-acakan dan mata sayup belum penuh terbuka, dia terlihat habis bangun tidur & terlihat sekali kalau dia sedang kecapekan. dialah dedekku itu seorang cewek dengan tubuh mungil, hidung mancung, dengan rambut acak-acakan tapi tetap terlihat indah dan wangi baunya. Jempol tanganku aku acungkan dengan posisi memutar ke bawah tepat didepan mukaku dekat dengan mulut menunjukkan bahasa isyarat untuk aku yang sedang kehausan dan ingin meminta seteguk air putih dari persediaan minumnya.
Dia tidak nampak antusias memandangku untuk kali ini ya walaupun kita sudah tidak berjumpa untuk kesekian lamanya. seolah ingin mengatakan huff ngapain kesini? aku sedang capekk.. entah mungkin karena akhir-akhir ini sikapku yang membosankan kepada dia atau karena barusan sms dia yang baru tadi.
"Oh.." hanya dengan deheman Oh dia langsung berbalik ke kamar kostnya lagi terlihat tahu apa yang harus dilakukan pada aku yang sedang terlihat melas & patut dikasihani karena rasa haus yang membikin pucat pasi wajahku yang hampir membuatku mirip zombie linglung yang baru jatuh dari pohon mangga.
tak berapa lama dia kembali datang menghampiriku dengan membawa satu botol air mineral yang isinya tinggal separuh dari botol yang berkapasitas 1,5 liter itu. sambil mencari tempat duduk diantara bangku yang ada di sekitar beranda kost aku meneguk dengan penuh semangat air mineral tersebut "glek glek glekkk.. ahhhhh, akhirnya.." selorohku lantang seperti seorang yang lagi nemuin emas setengah kilo dipadang mahsyar eh dipadang gurun yang tandus (eh tetep enakan nemuin air ya kalo dipadang gurun yang tandus? ah bodo)
"kok gak bilang-bilang mo kesini, lagi capek ini..."
"hehehe maaf dedek bukannya gak ngasih tau sebelume, tapi memang tadi pagi spontanitas aja pengen maen gak ada niat gak ada rencana sebelumnya.. hehehe sori"
"ya gak gitu juga kali, kan biar aku mandi dulu atau apa gitu.." potong dia kemudian, tetap dengan raut muka capek, tanpa semangat seperti enggan & sangat terpaksa menemui aku, terlihat malah sekarang tambah cemberut aja.
"aku pusing.."
"oh, sini sini.." kudekati dia aku coba kusandarkan kepalanya dipundakku kemudian aku mulai mencoba memijit bagian-bagian kepalanya yang dia rasa sedang sakit dan pusing.
"gimana? sebelah sini? yang ini?" tanyaku sambil coba memposisikan pijitanku dan meminta komentar kepadanya.
"hehe ih malah geli tau.." kelakarnya.
"oh pasti yang sini, hmmm maaf ya dedek mungkin sekarang dah mulai luntur kebakatanku jadi tukang pijit profesional sebenarnya mbah kakungku juga pernah punya impian jadi tukang pijit profesional lho malah mungkin dia pengen bisa juga go internasional lho!"
"halah kamu ini, kalo go international terus siapa yang mau jadi langganan pijit simbah? tau sendiri kan diluar sana tehnik medis atau pengobatan dah pada maju-maju apalagi sekarang dengan mudah gampang ditemui alat-alat canggih mulai dari akupuntur untuk sakit-sakit ringan sampai gejala penyakit serius lainnya, mengada-ada saja simbahmu itu maz" selorohnya coba memberi presentasi singkat pada apa yang didasari dari pengetahuan yang sedang berkembang saat ini, dewasa ini.
aku kemudian menjawab dengan bingkai alibi tradisional pada pemikiranku yang sederhana ini.
"ya sapa tau tha dek wong namanya rejeki itu juga ndak bakal kemana kalo emang kita mau rajin-rajin dan ndak berhenti berusaha gak bakal terkikisnya rejeki karena kalah bersaing dengan teknologi termutahir apapun jaman sekarang ini, simbahku itu juga gak asal bermimpi dan bercita-cita semua sudah dia hitung pake logika dan secara matang. ya sapa tau ya? namany juga sapa tau diluar nanti yang simbah buka praktek pijit disana ada TKI dari indonesia yang habis pulang kerja dan sangat capek ingin merasakan sentuhan jemari tukang pijit yang dapat menghalau hilang pada rasa penat-penat ditubuh mereka. orang yang dipijit sama orang yang serta merta minum obat atau menggunakan bentuk alat-alat medis lainnya sensasi rasanya berbeda lho dek.."
mau bikin novel ya?? banyak detailnya,
BalasHapustrus lanjutannya gimana tuh??
iya ditunggu ya dedek lanjutannya
BalasHapus