Perempuan ini percaya setiap orang memiliki belahan jiwa dan ia akan melakukan apa saja untuk bisa menemukan "the one". Sayangnya, kadang-kadang ia terlalu terfokus untuk mencari pria yang tepat sehingga melewatkan pria-pria lain yang mungkin akan cocok untuknya.
Lajang yang baru saja mengakhiri hubungan yang menyakitkan akan melakukan apa pun yang bisa dilakukan untuk bangkit dari keterpurukan dan menjadi lebih baik. Ia tidak menyesali apa yang terjadi dan berusaha mengambil hikmah dari semua peristiwa yang terjadi.
Perempuan seperti ini lebih suka membiarkan hidupnya mengalir begitu saja. Dia lebih suka hidup sendiri daripada berburu pria dengan berbagai cara. Bila akhirnya ia bertemu jodoh, hal itu terjadi secara alami.
Mereka percaya dengan kisah-kisah dongeng, di mana para perempuan menunggu untuk "diselamatkan" oleh seorang pangeran. Perempuan ini yakin suatu saat akan ada pria yang mampu mengangkat kehidupannya dan ia memilih menunggu kehadiran pria tersebut.
Seumur hidupnya ia memuaskan keinginan dirinya untuk meraih kepuasan, entah itu dalam karier, pergaulan, maupun pencapaian lainnya. Ketika akhirnya ia merasa sudah waktunya mencari calon suami, ia menghentikan begitu saja segala aktivitas yang semula menjadi prioritasnya.
Perempuan pada kategori ini selalu mengkhawatirkan apakah dia harus memilih antara hidup sendiri dan berkomitmen. Biasanya, dia akan memilih hidup sendiri, tetapi bebas menentukan arah hidupnya.
Perempuan ini biasanya baru akan berkhayal tentang suatu pernikahan setelah seumur hidupnya tidak memedulikan konsep pernikahan. Hal ini biasanya terdorong oleh suatu peristiwa besar yang membuka pikirannya bahwa sesuatu yang semula diyakininya ternyata tidak tepat.
Perempuan yang tak lagi ingin hidup dengan cara yang sama yang dijalani komunitasnya meskipun dulunya ia juga penganut gaya hidup tersebut. Ia ingin menemukan cara yang sesuai dengan pilihan hatinya meskipun itu berarti harus meninggalkan teman-temannya.
Perempuan yang ingin menikah, tetapi juga merasakan kekuatan untuk menjalani suatu pernikahan yang tidak konvensional. Perbedaan itu bisa dimulai sejak menentukan konsep pernikahannya.
Perempuan ini selalu berpikir, suatu saat ia pasti akan menjadi ibu. Namun, dia berharap tidak ada orang lain yang mendesaknya segera mewujudkan harapannya itu. Bahkan, kadang-kadang ia sebenarnya merasa tidak harus menikah untuk mempunyai anak.
Perempuan ini, mungkin juga seperti kebanyakan perempuan pada umumnya, berharap menikah pada waktu yang tepat. Sementara itu, dia akan berusaha sekuat tenaga untuk tidak menghiraukan segala desakan atau tekanan dari teman-teman atau keluarganya untuk segera menikah.
Perempuan ini merasa kehidupan pernikahan tidak cocok untuknya. Maka, ia mencoba menemukan cara baru untuk mendapatkan kebahagiaan.
0komentar:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !