Seda Makhagieva -----------
Meskipun Chechnya masih dikuasai oleh oleh kafir Rusia, namun Kebangkitan Islam di Chechnya semakin terlihat.
Desa Serzhen-Yurt merupakan kawasan yang menjadi satu bukti kebangkitan Islam. Desa ini memiliki sembilan masjid yang mampu menampung jamaah sebanyak 5.000 orang. Di desa ini pula terlihat banyak Muslimah yang mengenakan jilbab.
Contohnya, gadis remaja seperti Seda Makhagieva (15), ia semangat memakai Jilbab meskipun awalnya ia dilarang berjilbab oleh keluarganya dengan alasan masih terlalu muda.
"Keluarga ku tidak mengizinkan ku untuk memakai Jilbab pada awalnya," kata Muslimah mungil Chechnya itu kepada USAtoday dengan mengenakan kerudung berwarna pastel.
"Mereka bilang aku masih terlalu muda. Ibuku memukuli aku dan kakakku setiap hari, tapi aku tidak peduli," tambahnya. Seda mulai mengenakan Jilbab sejak satu tahun lalu.
Pada generasi terakhir, wanita di Chechnya menikah dengan menutupi rambut mereka dengan syal kecil berbentuk segitiga sebagai tanda hormat dan kesopanan."Aku seorang Muslim dan itu adalah kewajibanku untuk memakai Jilbab, tegasnya.
Tapi sekarang, sebagian besar Muslimah Chechnya mengenakan pakaian Muslimah.
Sekarang, setengah anak perempuan di kelas sembilan Seda di desa Chechnya Serzhen-Yurt, dekat ibukota Chechnya, Grozny, memakai jilbab, pakaian wajib bagi kaum Muslimah. Meskipun tidak semua warga di Chechnya bereaksi baik.
Islam masuk di kawasan Kaukasus Utara sekitar 500 tahun yang lalu. Penindasan agama di bawah komunisme membuat kaum Muslim sulit mengamalkan agama. Namun, kaum Muslimin masih bertahan. Kini masjid dipenuhi jamaah setiap hari. Jilbab menjadi semakin populer. Untuk kalangan kaum muda Chechnya, Islam kini menjadi landasan identitas.
Kini ada ruang sholat di hampir setiap sekolah. Aturan berpakaian yang ketat memaksa semua siswi untuk memakai Jilbab.
Tidak hanya soal jilbab, kaum Muslimah pun berusaha mematuhi ajaran Islam dalam soal pacaran. Para siswa tidak diperbolehkan untuk berpacaran. Meskipun beberapa siswa melanggarnya.
“Kami menyukai pria, tapi kami mengikuti aturan Islam. Allah akan memberikan pahala bagi kita dalam kehidupan selanjutnya,” kata Khedi Konchiyeva, gadis remaja (15).
Desa Serzhen-Yurt merupakan kawasan yang menjadi satu bukti kebangkitan Islam. Desa ini memiliki sembilan masjid yang mampu menampung jamaah sebanyak 5.000 orang. Di desa ini pula terlihat banyak Muslimah yang mengenakan jilbab.
Contohnya, gadis remaja seperti Seda Makhagieva (15), ia semangat memakai Jilbab meskipun awalnya ia dilarang berjilbab oleh keluarganya dengan alasan masih terlalu muda.
"Keluarga ku tidak mengizinkan ku untuk memakai Jilbab pada awalnya," kata Muslimah mungil Chechnya itu kepada USAtoday dengan mengenakan kerudung berwarna pastel.
"Mereka bilang aku masih terlalu muda. Ibuku memukuli aku dan kakakku setiap hari, tapi aku tidak peduli," tambahnya. Seda mulai mengenakan Jilbab sejak satu tahun lalu.
Pada generasi terakhir, wanita di Chechnya menikah dengan menutupi rambut mereka dengan syal kecil berbentuk segitiga sebagai tanda hormat dan kesopanan."Aku seorang Muslim dan itu adalah kewajibanku untuk memakai Jilbab, tegasnya.
Tapi sekarang, sebagian besar Muslimah Chechnya mengenakan pakaian Muslimah.
Sekarang, setengah anak perempuan di kelas sembilan Seda di desa Chechnya Serzhen-Yurt, dekat ibukota Chechnya, Grozny, memakai jilbab, pakaian wajib bagi kaum Muslimah. Meskipun tidak semua warga di Chechnya bereaksi baik.
Islam masuk di kawasan Kaukasus Utara sekitar 500 tahun yang lalu. Penindasan agama di bawah komunisme membuat kaum Muslim sulit mengamalkan agama. Namun, kaum Muslimin masih bertahan. Kini masjid dipenuhi jamaah setiap hari. Jilbab menjadi semakin populer. Untuk kalangan kaum muda Chechnya, Islam kini menjadi landasan identitas.
Kini ada ruang sholat di hampir setiap sekolah. Aturan berpakaian yang ketat memaksa semua siswi untuk memakai Jilbab.
Tidak hanya soal jilbab, kaum Muslimah pun berusaha mematuhi ajaran Islam dalam soal pacaran. Para siswa tidak diperbolehkan untuk berpacaran. Meskipun beberapa siswa melanggarnya.
“Kami menyukai pria, tapi kami mengikuti aturan Islam. Allah akan memberikan pahala bagi kita dalam kehidupan selanjutnya,” kata Khedi Konchiyeva, gadis remaja (15).
0komentar:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !