"Penyakit ini sudah saya derita sejak masih muda. Awalnya hanya berupa benjolan kecil. Tapi makin lama makin membesar hingga menutup wajah begini," kata Abdus Samad, saat ditemui detiksurabaya di rumahnya, Senin (30/4/2012).
Dia menuturkan, penyakit itu dirasakannya semakin parah. Terutama sejak beberapa bulan belakangan. Dia mengaku semakin kesulitan untuk bernafas, berbicara, bahkan untuk makan pun susah. Apalagi, mata sebelah kanannya sudah takdapat digunakan lagi untuk melihat karena benjolan seberat setengah kilogram itu telah menutupi sebagian wajahnya.
Penderitaan Abdus Samad ternyata tak cukup sampai di situ. Untuk makan sehari-hari, dia hanya mengandalkan uluran tangan dari para tetangga. Sebab, sejak menderita penyakit itu, pria paruh baya yang hanya hidup sebatang kara ini tak dapat melakukan aktivitasnya sama sekali.
Sehari-hari dia hanya berbaring dan duduk di sebuah tempat tidur usang yang terbuat dari bambu dan hanya dilapisi selembar plastik. "Saya makan hanya dari pemberian tetangga kanan kiri. Kalau tidak, ya tidak makan," tuturnya.
Samad menuturkan, penyakit yang dideritanya itu memang tak pernah mendapat penanganan medis karena tak punya biaya. Dia mengaku, beberapa waktu yang lalu dia memang sempat didatangi oleh petugas medis setempat. Petugas itu sempat menjanjikan akan membantu pengobatan dengan biaya gratis.
"Sekitar setahun yang lalu memang pernah ada yang datang. Tapi sampai sekarang tidak pernah datang lagi. Kini, saya hanya bisa pasrah kepada Allah," katanya.