Artikel CeQi Terkini :
Home » , , » Kenapa saya membela tim lemah di piala dunia?

Kenapa saya membela tim lemah di piala dunia?



timnasTeman-teman saya kebanyakan bingung ketika ngobrol soal piala dunia dengan saya. Karena selain Brasil, kebanyakan di tiap pertandingan saya membela tim-tim lemah. Alasannya apa? Sebab menurut saya kehadiran tim-tim ini jadi peringatan serius buat Indonesia yang kadang banyak menyalahkan situasi ketika gagal masuk piala dunia.

Masih menurut kawan-kawan yang lebih mengerti bola, ada sejumlah alasan yang menyebabkan Indonesia tidak bisa masuk ke 32 besar piala dunia. Mulai dari sistem regenerasi yang kurang baik, kompetisi yang mandul, PSSI yang busuk, peringkat FIFA yang rendah, latihan fisik yang tidak mumpuni sampai urusan kesejahteraan pemain.
Bahkan dalam sebuah wawancara, Andi Bachtiar (sutradara dan produser film bernafaskan sepak bola yang berniat mencalonkan diri jadi ketua PSSI) menargetkan Indonesia baru bisa masuk ke piala dunia tahun 2034. Alasannya karena membuat situasi kondusif untuk sebuah pentas persepak bolaan butuh waktu sekian lama.
Jelas saya sepakat bahwa ini adalah kondisi ideal sebuah sepakbola seperti di Inggris atau di italia. Tapi hidup toh tidak selamanya harus berada dalam kondisi ideal. Sampai sebuah kondisi ideal sepakbola tercapai, bukan berarti kemungkinan kita masuk piala dunia menjadi tertutup dan melunturkan semangat kita demi menyalahkan situasi yang ada. Mau perbandingan?
Okay, mari kita lihat tim selandia baru yang bukan hanya berhasil masuk piala dunia tapi juga berhasil menahan imbang raksasa sepakbola Italia. Penduduk negara ini hanya 4 juta jiwa (FYI jumlah penduduk Jakarta aja udah 12 juta), dan di negara ini sepak bola hanyalah sebuah olah raga minoritas. Sebagaian besar pemainnya hanya bermain di liga kelas bawah di eropa, sementara liga negaranya sendiri hanya ditonton 10 ribu orang pertahunnya. Bahkan tiga orang diantara tim ini adalah pemain amatir. Kiper cadangannya adalah seorang sales manager alat olah raga, sementara dua pemain skuad putih ini ketika tidak berlatih merupakan karyawan sebuah bank.
Atau mari lihat betapa mengesankannya Korea utara. Tim ini hanya berada di peringkat 105 dunia, tapi mampu membuat brasil yang peringkat 1 dunia kerepotan. Bahkan mereka sempat memasukan satu gol ke gawang tim samba yang bertabur bintang. Seperti juga new zealand, sepak bola bukanlah olah raga utama di negara ini. Hanya ada satu pemain Korea utara yang main di liga luar, itu pun hanya di Jepang. Sisanya main dikompetisi lokal malah beberapa hanya berasal dari tim bentukan tentara (yang notabene bukan dirancang untuk main bola profesional). Masalah kesejahteraan? Gaji pelatih Korea utara merupakan terendah dari 32 kontestan.
Mau yang agak keren dikit? Bisa tengok pantai gading yang pemainnya udah mulai di ekspor ke liga besar. Tapi kondisinya pun memprihatinkan. Jumlah penduduknya hanya 17 juta jiwa. Jangankan untuk mengadakan liga yang kompetitif, untuk damai saja sulit. Pasalnya negara ini dilanda perang saudara berkepanjangan selama lebih dari sepuluh tahun terakhir. Tapi toh mereka masuk piala dunia.
Siapa lagi? Jepang? Korea selatan? Slovenia? SLovakia? Bahkan Amerika Serikat sekalipun bukanlah negara yang rakyatnya bermain sepak bola. Mungkin di Jepang sekarang berkembang J-league, tapi itu pun baru efektif di tahun 90-an. Dan ini dibuat bukan karena rakyatnya yang minat bermain sepak bola, tapi lebih karena Jepang ingin bergaul dengan masyarakat dunia yang mayoritas menggilai sepak bola. Katanya Jepang sudah punya budaya, Jepang punya teknologi, saatnya Jepang bergaul dengan dunia lain melalui sepak bola, begitu gagasan awal waktu J-league dibentuk.
Sekali lagi saya juga sadar bahwa penyakit sepak bola kita sudah kronis apalagi kondisi PSSI-nya. Tapi kalau berkaca dari kondisi negara peserta PD 2010 di atas, rasanya kita patut malu. Penduduk Indonesia ada 200 juta jiwa, mosok iya mencari 22 orang yang bisa main sepak bola saja gak becus? Bandingkan dengan new zealand misalnya yang harus bergelut meregenerasi pemainnya dengan penduduk yang hanya berjumlah 4 juta orang yang mayoritas gak doyan main sepak bola.
Hal yang paling utama, berbeda dengan negara-negara di atas, Indonesia adalah negara sepak bola, dimana nyaris setiap rakyat minimal kenal apa itu sepak bola. Liga dari kelas antar kampung sampai tingkat super kita punya. Animo penonton tiap pertandingan luar biasa, jalan bisa dipenuhi dengan para suporter. Di kompleks saya saja hanya berjarak 300 meter sudah ada dua penyedia lapangan futsal dan 300 meter kemudian ada dua lapangan yang selalu digunakan main bola tiap sorenya. Bahkan sejarah mencatat jaman dahulu kerajaan-kerajaan yang kini bernaung di bawah Indonesia, rakyatnya sudah memainkan sepak bola.
Dengan kondisi begini sudah wajar kalau kita membidik lebih tinggi! Dan gak pantas kalu kita masih begelut gimana cara menang nomor sepak bola di sea games, atau gimana cara menang piala asia. Tapi kita sudah sepatutnya ada di piala dunia. Dan lawan setara kita sebetulnya bukan lagi sekelas malaysia atau thailand, tapi lawan kita sebenarnya adalah Inggris, Italia, Argentina bahkan sekelas Brasil yang notabene juga sesama negara sepak bola!
So, cukup realistis khan kalau saya berharap 2014 nanti Indonesia bisa masuk 32 besar Piala dunia?
PS: Mungkin ada yang bilang, sepak bola Indonesia kebanyakan rusuh! Coba deh, nonton tayangan dokumenter tentang holigan Inggris (terutama untuk tim divisi satu ke bawah) yang kemarin tayang di Tv One. Mereka jauh lebih sangar! Dan itu bukan alasan untuk gak masuk final piala dunia!

Share this article :

0komentar:

Speak up your mind

Tell us what you're thinking... !

Qiwoel Friends

Sarankan CeQi di Google ya

Daftar Isi Blog Terbaru-Terlawas

Yang Sering Dibaca

 
CeQi Blog Supported By :Duniaq Duniamu.com | Asalasah | Maskolis | jadigitu.com
Proudly powered by Blogger
Copyright © 2011. Esabong - All Rights Reserved
Template Modified by esabi wibowo Design by Maskolis Template