Intellegent Transport System Office, Road Bureau Ministry of Land, Infrastructure, Transport and Tourism Japan, Takashi Nishio menjelaskan sejarah penguraian masalah lalu lintas yang dilakukan Jepang dengan mengandalkan teknologi yang ada.
"ITS (Intellegent Transport System) dirancang untuk menyatukan orang, jalan dan kendaraan agar menyelesaikan masalah-masalah lalu lintas jalan seperti kemacetan lalu lintas, kecelakaan lalu lintas dan kerusakan lingkungan," paparnya dalam seminar ITS di Hotel Pullman, Jakarta, Kamis (28/6/2012).
Untuk itu, sistem navigasi yang memantau jalanan pun menurut Nishio harus diperluas agar informasi jalan bisa didapat secara cepat dan bisa diinformasikan ke pengguna jalan agar masalah tidak bertumpuk.
Berbagai teknologi pun juga diterapkan. Selain sistem navigasi serta ruang kontrol yang sudah mereka bangun sejak 1973, berbagai alat seperti 1.900 detektor kendaraan, 2.300 CCTV pemantau jalan, 10 anemometer dan 1.900 telepon darurat mereka pasang.
Informasi yang dikumpulkan itu lalu disalurkan melalui sistem navigasi di mobil dan variable massage boards agar masyarakat dapat memilih jalan yang lebih lancar. Informasi pun disebar ke radio, televisi dan website hingga aplikasi di smartphone.
Jadi titik jalan macet, kecelakaan yang sedang dalam penanganan, pembangunan infrastruktur jalan atau pemblokiran jalan dapat diketahui langsung oleh masyarakat dan mereka pun menghindarinya dan mencari jalan alternatif.
Sistem masuk tol pun menurut Nishio harus diperbaharui. Dia menuturkan kalau di Jepang pembayaran tol dipungut secara elektronik. Jadi, mobil tidak perlu antri ketika masuk tol.
Dengan sistem itu, Nishio mengatakan kalau hampir semua kemacetan di gerbang tol sudah hilang dari seluruh Jepang. Efek positif lain, emisi CO2 berkurang 220.000 ton per tahun karena kemacetan di gerbang tol hilang.
Sementara itu, JICA Economic Infrastructure Departement Senior Advisor for Traffic and Transportation Nobuyuki Tsuneoka mengatakan Jepang siap membantu Indonesia mengatasi masalah lalu lintas yang ada.
JICA menurut Tsuneoka sudah bekerja sama membantu banyak negara seperti Vietnam, India, Sri Lanka, Filipina dan Brasil.
Untuk Indonesia, pihaknya menurut Tsuneoka siap membantu mulai dari membuat master plan ITS, tenaga ahli hingga pelaksanaan proyek tersebut.
Melihat hal itu, Kepala Sub Direktorat Standarisasi Kualitas Layanan dan Harmonisasi Standard, Direktorat Standarisasi Pos dan Informatika Kementerian Komunikasi dan Informatika, Mochamad Hadiyana sepakat kalat teknologi haruslah digunakan untuk mengurai masalah lalu lintas yang ada di Indonesia.
Teknologi menurutnya dapat digunakan dalam berbagai hal misalnya untuk pengendalian jumlah kendaraan di jalan, manajemen lalu lintas, sistem informasi jalan untuk turis, pengelolaan transportasi baik umum maupun pribadi, pengelolaan keadaan darurat, layanan pembayaran elektronik hingga sistem pendukung pejalan kaki.
"Potensi dan manfaat yang ditawarkan dengan penerapan ITS sangat besar, terutama di bidang keselamatan jalan, pengurangan kemacetan dan terkait kehilangan produktivitas," lugasnya.
0komentar:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !