Personel pasukan khusus AS menjalani latihan |
Mereka tergabung di kelompok anarkis yang ingin gulingkan pemerintah.
Empat tentara Amerika Serikat yang terlibat kasus pembunuhan diduga tergabung dalam kelompok militan anarkis yang bertujuan menggulingkan pemerintahan. Dalam penggeledahan, ditemukan banyak senjata dan bom rakitan di kediaman para tersangka.
Diberitakan CNN, Selasa 28 Agustus 2012, keempat tentara itu sebelumnya ditahan atas pembunuhan rekan mereka, mantan tentara Michael Roark dan kekasihnya Tiffany York pada Desember lalu. Roark dibunuh karena dituduh mencuri uang kawannya dan kabur.
Jaksa Penuntut Tom Durden mengatakan bahwa para tersangka ingin menggulingkan pemerintah dan membunuh Presiden Barack Obama. Bukan omong kosong, dalam kediaman para tersangka ditemukan sedikitnya 18 pucuk senapan dan pistol dan beberapa bom pipa yang belum selesai dirakit.
Hal ini juga disampaikan salah satu tersangka, Prajurit Michael Burnett, di pengadilan Long County, Georgia, Senin lalu. Burnett mengaku diajak oleh kawannya yang juga jadi tersangka, Isaac Aguigui.
Dia mengatakan, Aguigui memberikannya sebuah manuskrip yang disebutnya sebagai buku patriot sejati. Dia mengatakan, kelompok mereka bertujuan untuk memberikan pemerintahan kembali kepada rakyat.
Revolusi menjadi tujuan kelompok ini. Untuk misi mereka yang bernama FEAR (Forever Enduring Always Ready -- Selalu Siap Bertahan Selamanya), kelompok ini menghabiskan ribuan dolar untuk membeli senjata dan perangkat pembuat bom. "Kami adalah orang-orang yang akan mengubah Amerika," kata dia.
Keempat tersangka juga diketahui tengah merancang beberapa rencana teror domestik. "Di antaranya adalah mengambilalih paksa gudang senjata di Fort Stewart, meledakkan kendaraan politisi, hakim, anggota senat dan pejabat departemen pertahanan dalam negeri di beberapa negara bagian, dan meledakkan air mancur di taman Forsyth, Savannah," kata Durden.
Asisten Jaksa Penuntut Isabel Pauley mengatakan penyidik belum tahu berapa jumlah anggota di kelompok yang beranggotakan tentara dan mantan tentara ini. Aguigui disebut-sebut sebagai pemimpin kelompok tersebut. "Dia merekrut anggota baru di Fort Stewart. Sasarannya adalah tentara bermasalah dan punya keluhan," kata Pauley.
[sumber:dunia.news.viva.co.id/news/]
0komentar:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !