Melalui program Bukan Empat Mata yang disiarkan stasiun Trans7 hampir tiap hari telah membuat Tukul Arwan menjadi sangat populer beberapa tahun terakhir ini. Tukul kini boleh jadi telah menjadi semacam ikon atau simbol orang desa yang mampu 'menaklukkan' kota. Pengakuannya sebagai orang kelahiran desa, dengan tingkah laku yang dibuat agak kampungan seakan-akan menjadi simbolisasi pencapaian sukses yang benar-benar dimulai dari bawah.
Perjuangannya untuk meraih sukses seperti sekarang tidak terjadi dalam semalam. Ia harus melalui berbagai proses kehidupan yang tidak mudah sehingga ia pernah berkata, "Saya sudah kenyang diremehkan, dicaci, dan dicibir. Saya jalan dari satu kampung ke kampung yang lain, dari satu panggung ke panggung yang lain. Dan inilah yang sekarang saya terima." Ia juga memiliki segudang pengalaman profesi dari mantan sopir omprengan, kru shooting video, sopir pribadi, sampai menjadi penyiar radio dan pelawak. Kunci pencapaian sukses yang utama pada dirinya adalah menikmati kelemahan dalam diri, dan mengubahnya menjadi berkah. "Makanya saya nikmati saja diolok-olok, dijelek-jelekkan, wong malah itu yang menghidupi saya sekarang."
Tukul juga pernah menyebut sejumlah nama selain istrinya, yang turut memberi andil pada suksesnya. Beberapa di antaranya yaitu Joko Dewo dan Tony Rastafara yang pertama kali mengajaknya melawak ke Jakarta. Ia juga menyebut Radio Humor SK dan kelompok lawak Srimulat sebagai prosesnya memperkaya materi lawakan. "Saya bisa mencapai ini semua berkat bantuan banyak orang juga," ujar pria yang kini sering mengundang beberapa orang yang dianggap berjasa pada karirnya, untuk ikut tampil di acara Bukan Empat Mata.
Dengan banyolan yang khas, tepuk tangan ala monyet, bahasa inggris yang kacau, kepolosan dan penampilan konyol yang menjadi ciri khasnya telah mengantarkan Tukul mencapai puncak karirnya. Dia pernah berkata bahwa, "Saya ini seperti pisau yang jelek tapi diasah terus sehingga bisa jadi tajam.
Pencapaian Tukul dari nol adalah sebuah gambaran bahwa setiap kita bagaimanapun juga tetap membutuhkan dukungan orang lain untuk mencapai sukses. Mungkin hal inilah yang membuat Tukul tak lupa diri sehingga perhatiannya kepada sesama rekan pelawak yang belum sukses juga sangat besar. Saat ini ia juga ingin merealisasikan sebuah program acara untuk mengakomodasi teman-teman pelawak yang belum berhasil. "Banyak pelawak yang potensial, namun belum terangkat. Saya yang sedang di puncak ingin mereka juga bisa berhasil." Selain itu, ia menyediakan satu rumah khusus untuk dijadikan tumpangan rekannya selama di Jakarta. Rumah yang dinamai Posko Ojo Lali itu juga dijadikan ajang tukar pikiran dan meramu ide kreatif lawakan.
Copast : motivatorindonesia.com
Perjuangannya untuk meraih sukses seperti sekarang tidak terjadi dalam semalam. Ia harus melalui berbagai proses kehidupan yang tidak mudah sehingga ia pernah berkata, "Saya sudah kenyang diremehkan, dicaci, dan dicibir. Saya jalan dari satu kampung ke kampung yang lain, dari satu panggung ke panggung yang lain. Dan inilah yang sekarang saya terima." Ia juga memiliki segudang pengalaman profesi dari mantan sopir omprengan, kru shooting video, sopir pribadi, sampai menjadi penyiar radio dan pelawak. Kunci pencapaian sukses yang utama pada dirinya adalah menikmati kelemahan dalam diri, dan mengubahnya menjadi berkah. "Makanya saya nikmati saja diolok-olok, dijelek-jelekkan, wong malah itu yang menghidupi saya sekarang."
Tukul juga pernah menyebut sejumlah nama selain istrinya, yang turut memberi andil pada suksesnya. Beberapa di antaranya yaitu Joko Dewo dan Tony Rastafara yang pertama kali mengajaknya melawak ke Jakarta. Ia juga menyebut Radio Humor SK dan kelompok lawak Srimulat sebagai prosesnya memperkaya materi lawakan. "Saya bisa mencapai ini semua berkat bantuan banyak orang juga," ujar pria yang kini sering mengundang beberapa orang yang dianggap berjasa pada karirnya, untuk ikut tampil di acara Bukan Empat Mata.
Dengan banyolan yang khas, tepuk tangan ala monyet, bahasa inggris yang kacau, kepolosan dan penampilan konyol yang menjadi ciri khasnya telah mengantarkan Tukul mencapai puncak karirnya. Dia pernah berkata bahwa, "Saya ini seperti pisau yang jelek tapi diasah terus sehingga bisa jadi tajam.
Pencapaian Tukul dari nol adalah sebuah gambaran bahwa setiap kita bagaimanapun juga tetap membutuhkan dukungan orang lain untuk mencapai sukses. Mungkin hal inilah yang membuat Tukul tak lupa diri sehingga perhatiannya kepada sesama rekan pelawak yang belum sukses juga sangat besar. Saat ini ia juga ingin merealisasikan sebuah program acara untuk mengakomodasi teman-teman pelawak yang belum berhasil. "Banyak pelawak yang potensial, namun belum terangkat. Saya yang sedang di puncak ingin mereka juga bisa berhasil." Selain itu, ia menyediakan satu rumah khusus untuk dijadikan tumpangan rekannya selama di Jakarta. Rumah yang dinamai Posko Ojo Lali itu juga dijadikan ajang tukar pikiran dan meramu ide kreatif lawakan.
Copast : motivatorindonesia.com
0komentar:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !