Berbagai
jajanan sekolah ternyata belum bebas dari zat berbahaya dan aman. Pada
sidak oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) DKI, Senin (13/4)
ditemukan sebuah jajanan yang mengandung berzat beracun di kantin
sekolah.
Dalam sosialisasi ini, berbagai informasi mengenai kemungkinan jajanan yang berpotensi mengandung zat beracun itu dipaparkan oleh petugas BPOM. Misalnya, pada jajanan mie berwarna mencolok, gula-gula, cone es, bolu kukus, bakso dan lain-lain.
Beberapa jajanan itu ternyata dekat dengan para murid, khususnya pelajar SD. "Wah ini mah saya pernah makan," seru Dafa pelajar kelas IV SD Negeri 09, sambil menunjuk sampel coneuntuk es krim.
Senada dengan Dafa, Fadil, murid kelas VI SD Negeri 09 juga mengaku kerap mengkonsumsi jajanan yang berpotensi dicampuri zat berbahaya tersebut. Misalnya, gula-gula yang berwarna warni dan bakso.
"Jadi takut kalau mau jajan. Tapi sekarang karena sering lihat di televisi jadi milih-milih," ujar Fadil.
Menurut BPOM, cone es yang dijual didagangan 'es tong tong' kerap dicampur dengan zat berbahaya, yakni Methanil Yellow. Padahal, zat ini dipakai untuk pewarna tekstil, kertas, serta cat.
"Biasanya itu supaya tetap garing. Jadi kalau conenya itu kena es, dia enggak langsung rusak," ujar Kepala BPOP DKI, Dewi Prawitasari.
Zat lain yang berbahaya disusupi pada jajanan anak, lanjut Dewi, yakni Rodhamin B, formalin dan boraks. Makanan yang mengandung Rodhamin B biasanya berwarna merah terang dan menyala, seperti digula-gula.
Zat tersebut dapat mengakibatkan kerusakan hati, ginjal, kanker kandung kemih dan gangguan hati. Sedangkan formalin, lanjut Dewi, biasa disusupi ke makanan agar menjadi lebih keras atau kenyal.
Kadang, makanan berformalin berbau menyengat. Padahal, formalin dipakai untuk mengawetkan mayat, membunuh kuman, perekat kayu lapis dan sebagai desinfektan. Contoh makanan yang berpotensi disusupi zat ini misalnya bakso, tahu, dan mi.
"Biasanya kalau formalin itu setelah dimakan agak pahit dilidah," ujar Dewi.
Zat berbahaya lainnya adalah boraks. Makanan yang disusupi zat berbahaya ini biasanya agar menjadi sangat kenyal, renyah, dan getir di lidah. Ini biasa disusupi pada makanan seperti ketupat, cone es, bakso dan lain-lain.
"Efek jangka pendeknya itu tidak ada nafsu makan. Dan biasanya maunya makan yang mengandung boraks itu saja. Dia jadi mau makan itu terus," ujar Dewi.
Menurut Dewi, boraks juga dapat mengakibatkan gatal kulit. Sementara untuk jangka menengah bisa mengakibatkan gangguan syaraf. Untuk jangka panjang, dapat menyebabkan kerusakan hati, ginjal dan organ tubuh lainnya.
Dewi berharap, orangtua lebih mengawasi ajajan anak. "Beri bekal dari rumah, pagi itu diberikan sarapan sebelum berangkat ke sekolah. Dan diberitahu supaya anak-anak harus memilih jajanan yang aman, jadi tidak beli makanan jajanan yang warnanya mencolok," ujar Dewi.
Dalam sosialisasi ini, berbagai informasi mengenai kemungkinan jajanan yang berpotensi mengandung zat beracun itu dipaparkan oleh petugas BPOM. Misalnya, pada jajanan mie berwarna mencolok, gula-gula, cone es, bolu kukus, bakso dan lain-lain.
Beberapa jajanan itu ternyata dekat dengan para murid, khususnya pelajar SD. "Wah ini mah saya pernah makan," seru Dafa pelajar kelas IV SD Negeri 09, sambil menunjuk sampel coneuntuk es krim.
Senada dengan Dafa, Fadil, murid kelas VI SD Negeri 09 juga mengaku kerap mengkonsumsi jajanan yang berpotensi dicampuri zat berbahaya tersebut. Misalnya, gula-gula yang berwarna warni dan bakso.
"Jadi takut kalau mau jajan. Tapi sekarang karena sering lihat di televisi jadi milih-milih," ujar Fadil.
Menurut BPOM, cone es yang dijual didagangan 'es tong tong' kerap dicampur dengan zat berbahaya, yakni Methanil Yellow. Padahal, zat ini dipakai untuk pewarna tekstil, kertas, serta cat.
"Biasanya itu supaya tetap garing. Jadi kalau conenya itu kena es, dia enggak langsung rusak," ujar Kepala BPOP DKI, Dewi Prawitasari.
Zat lain yang berbahaya disusupi pada jajanan anak, lanjut Dewi, yakni Rodhamin B, formalin dan boraks. Makanan yang mengandung Rodhamin B biasanya berwarna merah terang dan menyala, seperti digula-gula.
Zat tersebut dapat mengakibatkan kerusakan hati, ginjal, kanker kandung kemih dan gangguan hati. Sedangkan formalin, lanjut Dewi, biasa disusupi ke makanan agar menjadi lebih keras atau kenyal.
Kadang, makanan berformalin berbau menyengat. Padahal, formalin dipakai untuk mengawetkan mayat, membunuh kuman, perekat kayu lapis dan sebagai desinfektan. Contoh makanan yang berpotensi disusupi zat ini misalnya bakso, tahu, dan mi.
"Biasanya kalau formalin itu setelah dimakan agak pahit dilidah," ujar Dewi.
Zat berbahaya lainnya adalah boraks. Makanan yang disusupi zat berbahaya ini biasanya agar menjadi sangat kenyal, renyah, dan getir di lidah. Ini biasa disusupi pada makanan seperti ketupat, cone es, bakso dan lain-lain.
"Efek jangka pendeknya itu tidak ada nafsu makan. Dan biasanya maunya makan yang mengandung boraks itu saja. Dia jadi mau makan itu terus," ujar Dewi.
Menurut Dewi, boraks juga dapat mengakibatkan gatal kulit. Sementara untuk jangka menengah bisa mengakibatkan gangguan syaraf. Untuk jangka panjang, dapat menyebabkan kerusakan hati, ginjal dan organ tubuh lainnya.
Dewi berharap, orangtua lebih mengawasi ajajan anak. "Beri bekal dari rumah, pagi itu diberikan sarapan sebelum berangkat ke sekolah. Dan diberitahu supaya anak-anak harus memilih jajanan yang aman, jadi tidak beli makanan jajanan yang warnanya mencolok," ujar Dewi.
(Robertus Belarminus/kompas.com)
0komentar:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !