Terletak 16 kilometer dari menara kaca yang berkilauan di Doha, salah satu lokasi terkaya di dunia, ada sebuah kawasan industri dengan bengkel berukuran kecil, pabrik dan transportasi murah....
Hanya membutuhkan waktu selama 40 menit menggunakan mobil ke selatan pusat ibu kota Qatar yang dipenuhi toko bermerek mewah dan restoran mahal.
Beginilah margin kehidupan di Doha, keduanya dari segi geografis dan metafora tetapi restoran yang dikenal sebagai Zaiqa melakukan sesuatu yang unik di negara yang kaya dengan hasil minyak itu.
Sekitar tiga minggu lalu, sepasang saudara warga India yang memiliki Zaiqa memutuskan untuk memasang papan tanda yang menawarkan makanan gratis kepada pelanggan yang tidak memiliki uang.
"Ketika saya melihat papan tanda itu air mata saya mengalir," kata salah seorang pemiliknya, Shadab Khan, 47, yang berasal dari New Delhi dan menetap di Qatar selama 13 tahun.
Dia mengatakan ide itu dipicu oleh adik bungsunya, Nishab.
Ini daerah yang sibuk bersebelahan dengan sebuah masjid dan jalan besar yang sering menjadi jalur truk besar.
Di dalamnya, tampak meja makan yang dilengkapi dengan alas berwarna terang yang tertulis kata 'masakan asli India dari Delhi'. Ia dibuka 24 jam setiap hari.
Hidangan kari ikan berharga Qatar riyal ($ 1.65, 1.50 euro), sebiji telur panggang berharga tiga riyal dan bayam keju (Palak paneer) 10 riyal untuk mereka mampu membayarnya.
Kebutuhan makanan gratis di Qatar sangat kritis dikalangan buruh kasar. Diperkirakan sekitar 700.000 dan satu juta pekerja asing di negara itu dari jumlah penduduk sebanyak 2,3 juta.
Kelompok hak asasi manusia mengkritik perusahaan di Qatar karena tidak membayar gaji tepat waktu atau dalam beberapa kasus tidak membayar terus gaji tersebut.
Pemerintah Qatar berhadapan dengan tekanan untuk memperkenalkan reformasi gaji menjelang penyelenggaraan Piala Dunia 2022, berjanji pada awal tahun ini untuk memaksa perusahaan membayar gaji karyawan melalui transfer bank secara langsung.
Bahkan mereka yang mendapatkan bayaran akan berusaha untuk mengirim sebagian besar uang mereka ke kampung halaman, kata salah seorang pelanggan restoran Zaiqa, Ghufran Ahmed yang juga mekanik warga Nepal.
"Banyak buruh memperoleh antara 800 sampai 1.000 riyal ($ 220- $ 275 / 200-250 euro) sebulan. Mereka perlu mengirim uang tersebut ke kampung halaman. Biaya hidup di sini terlalu tinggi dan banyak pekerja membutuhkan makanan gratis," katanya.
Shadab yang juga pembuat film selain memiliki restoran itu mengatakan antara mereka yang meminta makanan sebagian besar terdiri dari pekerja konstruksi dari India, Nepal dan Bangladesh.
"Kami menyadari banyak orang di luar sana tidak mendapat pembayaran gaji tepat waktu dan tidak memiliki uang, bahkan untuk makan.
"Oleh karena itu, banyak orang datang ke sini dan hanya membeli sebungkus roti. Dan mereka hanya akan makan roti dengan air.
"Jadi kami sadar mereka tidak uang untuk apa-apa lagi. Mereka hanya membeli sebungkus roti yang berharga sekitar satu riyal. Jadi kami akan mencoba memberikan mereka makanan.
"Namun itu bukan mudah," kata Shadab.
Setelah itu, dalam waktu tiga minggu sejak pemberian makanan gratis dimulai, 'jumlah orang yang datang ke sini untuk mendapatkan makanan gratis berjumlah dua atau tiga orang setiap hari. "
Dalam perkembangan lain, melalui pengungkapan baru-baru ini ada beberapa pemilik kios di Doha harus mengakhiri bisnis mereka karena tidak mampu membayar sewa.
Bagi Zaiqa juga, ada rintangan yang harus mereka hadapi. Masa depan restoran itu juga terancam akibat sengketa tentang sewa dengan pemilik toko dan mungkin terpaksa gulung tikar. Shadab dan adiknya memiliki rencana lain untuk restoran mereka.
"Kami menaruh kulkas di luar restoran, jadi ia tidak akan terkunci. Ia akan menghadap jalan raya dan akan dilengkapi dengan beberapa paket makanan.
"Jadi siapa yang menginginkan makanan itu, mereka hanya perlu ambilnya dan tidak perlu masuk ke dalam restoran," katanya.
Sumber : http://www.mstar.com.my/berita/berita-dunia/2015/04/13/restoran-beri-makanan-percuma/
0komentar:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !