Interview with Mario Teguh AWAL CERITA MENJADI MOTIVATOR (FB posting)
Pak Mario, apakah Pak Mario melihat diri Anda sendiri pandai?
Tidak. Saya tidak pernah merasa pandai.
Apakah Pak Mario pernah juara kelas?
Tidak. Tapi pernah juara 3 waktu masih SD, tidak jelas pada kelas berapa.
Nilai Anda selalu tinggi?
Tidak. Di kelas 2 SMP III Malang, saya pernah dapat nilai merah, untuk 5 mata pelajaran. Di SMA, saya lulus dengan IPK kalau tidak salah rata-rata 3.56. Tapi itu bukan karena saya pandai, mungkin karena saya disayangi para guru. Habis waktu itu saya agak unyu-unyu. (ge-er.com)
Di perguruan tinggi bagaimana?
Saya lulus karena doa orang tua, dan mungkin karena wajah saya yang memelas. Saya lulus SMA di Chicago, dapat S1 dari IKIP Malang, kemudian dapat sertifikat untuk satu semester di Sophia University di Tokyo, dan MBA dari Indiana University. Semua sekolah di luar negeri itu saya dapatkan dari mengikuti dan menang kontes untuk beasiswa bagi siswa asing.
Berarti orang tua Anda kaya?
Lho? Itu semua dari beasiswa yang saya menangkan dari mengikuti kontes internasional. Keluarga kami sangat bersahaja. Saya anak pertama dari seorang pensiunan Kapten dari Angkatan Darat, yang membiayai ke 5 anak-anaknya.
Banyak dari kami mengira Pak Mario anak orang kaya yang tidak pernah merasakan kemiskinan.
Hmm … apakah Anda tidak melihat sisa-sisa kemiskinan di wajah saya?
He he .. iya, masih kelihatan.
Tapi, apakah kemiskinan menyiksa Anda?
Pada saat saya masih kecil, saya tidak mengerti apa itu kemiskinan. Tapi menjelang remaja, saya sudah mulai merasakan batasan-batasan yang menghadang keinginan seorang remaja untuk sarana dan pembiayaan pendidikan atau gaya hidup yang sesuai dengan impian dan harapannya.
Apakah ada penyesalan?
Saya tidak menyesali, karena itu sama dengan menyalahkan orang tua saya atas kelemahan kami. Saya hanya marah, entah kepada siapa. Tapi tenaga kemarahan itu saya gunakan untuk belajar, aktif dalam organisasi sekolah dan kampus, mengembangkan hobi teknik dan ketertarikan saya dalam seni lukis.
Anda pelukis?
Mungkin tidak sepenuhnya, tapi saya membiayai sekolah saya di SMA di Chicaga dan MBA di Indiana University dengan melukis, menjadi pelayan di restauran, memotong rumput dan mengecat rumah di sekitar kampus.
Apakah Anda berbisnis sejak muda?
Sebagai penerima beasiswa untuk satu tahun di sebuah SMA di Chicago, saya tidak mungkin menerima uang saku bulanan dari keluarga saya yang bersahaja di Jalan Mergosono Gang 5 di Malang.
Jadi saya harus mencari uang untuk membeli buku dan turut serta dalam kegiatan sosial dari anak-anak remaja di Amerika.
Bagaimana memulainya?
Sore hari, sepulang sekolah saya berjalan ke bagian belakang dari rumah-rumah di sekitar tempat di mana saya dititipkan, karena ibu-ibu sedang menyiapkan makan malam di dapur - yang biasanya berada di bagian belakang rumah.
Apa yang Anda lakukan?
Saya berdiri menengadah, tersenyum selebar mungkin, lalu dengan bahasa Inggris yang masih patah-patah dan suara yang happy tapi melas, saya katakan:
"Hi, my name is Mario. I stay at 21xx Willow Road, my number is 446-66xx. If you need your toilet, floors, or carpets to be cleaned, please call me."
Langsung diberi pekerjaan?
Tidak. Tapi saya meneruskan perjalanan ke rumah-rumah sekitar kompleks itu. Beberapa hari pertama, tidak ada respon. Tapi saya tetap meneruskan, karena saya tahu keberhasilan membutuhkan kesabaran, karena hadiah dari upaya tidak langsung tersedia di awal upaya.
Terus?
Akhirnya, telepon berbunyi: "Hi, Mario? This is Mrs. Sabo. Would you be so kind to come over and help me with my carpets?"
Anda gembira?
Ooh … Anda tidak tahu rasa gembiranya orang yang upayanya mulai diperhatikan orang lain. Hari itu saya mendapat uang, memang sedikit, tapi maniiiiiis sekali rasanya.
Terus apa yang Anda lakukan?
Saya lupa berapa rumah yang mempekerjakan saya, untuk vacuum karpet, ngepel lantai, membersihkan dan memperbaiki toilet, memotong rumput, merapihkan taman, mengecat kusen dan jendela, membersihkan kandang anjing, memperbaiki pipa bocor, menambal atap yang bocor, atau duduk-duduk manis menemani kakek dan nenek untuk mendengarkan cerita mereka yang sama dan berulang.
Apakah Anda memang bisa melakukan itu semua?
Mana ada orang yang bisa melakukan yang belum pernah dilakukannya? Jadi saya belajar sambil melakukan. Kalau kita menunggu sudah bisa, baru mau melakukan, kapan mulainya?
Anda sangat mandiri sejak muda?
Tidak. Sebetulnya saya sangat manja, penakut, minder, penggembira yang mudah bersedih, pemimpi yang minder, yang rencananya banyak tapi malas. Tapi kemiskinan mengharuskan kita mandiri, yang sesungguhnya satu-satunya kualitas yang menjadikan kita dihormati di masa dewasa. Kemandirian.
Lalu, bagaimana Anda bangkit dari sifat-sifat yang seperti itu? Apakah sifat-sifat itu sudah sama sekali hilang dari pribadi Mario Teguh?
Hmm … bisakah itu saya jawab nanti? Saya harus segera menyiapkan diri untuk menyambut sahabat-sahabat MTSuperCrew (team yang mengelola pelaksanaan MTGW di Metro TV), yang sedang dalam perjalanan menuju Bangun Jiwo.
Bangun Jiwo, apa itu?
Ini, villa Ibu Linna di atas bukit Dago, di Bandung.
Bisa kita bahas arti Bangun Jiwo nanti ya Pak Mario?
Dengan senang hati. Terima kasih atas perhatian baik Anda.
Sampai nanti ya? Stay super!
0komentar:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !