Tawuran pelajar disebabkan krisis keteladanan dan kepemimpinan. Harus diingat, anak-anak cermin dari kondisi riil society atau masyarakatnya. Hal itu diungkapkan pemerhati sosial yang juga Direktur Eksekutif Institut Paradigma Indonesia, Harlan Sumarsono, Kamis (27/09).
Anak-anak itu, ungkap Harlan, dipertontonkan dengan korupsi pejabat dan kemewahan ala sinetron picisan. Sedang realitanya hidup mereka sangat berat.
Mulai dari beban kurikulum di sekolah, hingga tekanan ekonomi keluarga yang berimbas pada hidup mereka.
“Orang-orang yang bersekolah di SMP dan SMA di Jakarta biasanya tahu bagaimana kerasnya kehidupan di Jakarta. Mulai dari mengatur waktu kerjakan tugas, naik kendaraan umum yang sangat tidak nyaman. Semuanya membuat anak pelajar jadi tidak manusiawi”, ujar Harlan, yang pernag mengenyam pendidikan di kawasan Mahakam, Kebayoran Baru itu.
Belum lagi, lanjut Harlan, gangguan peredaran narkoba dan bullying di sekitar mereka. Semua itu membuat pelajar yang baru masuk ke dunia ‘nyata’ terkaget-kaget kejamnya dunia.
Master lulusan Bond University Australia ini mengatakan, media juga setiap hari mempertontonkan kelakuan korupsi pejabat, kekerasan dan gambaran kemewahan sinetron.
“Akhirnya, kita lihat tingkah laku seperti ini yang menjadi ‘teladan’ mereka. Ini harus jadi keprihatinan nasional. Akhirnya, sistem masyarakat seperti ini ‘memakan’ anak-anaknya sendiri,” pungkas Harlan.@aripurwanto
Editor: Rizal Hasan
sumber : www.lensaindonesia.com
0komentar:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !