SIAPA tak kenal Orchard Road? Inilah jalan raya yang menjadi ikon Singapura. Di kiri-kanan jalan sepanjang 2,2 km itu berdiri mal-mal besar dengan barang-barang luks serta hotel-hotel berbintang.
Merek-merek top dunia seperti Prada, Hermes, Rolex, Tommy Hilfiger, Louis Vuitton, Emporio Armani, dan sebagainya bertebaran di sepanjang jalan raya satu arah yang selalu gemerlap ini. Wanita-wanita muda dengan pakaian modis bahkan seksi berlalu lalang di jalan ini, khususnya setiap akhir pekan. Tentu saja ini menjadi tempat menarik untuk nongkrong. Banyak wisatawan Indonesia menghabiskan akhir pekan di jalan ini.
Namun di tengah gemerlapnya Orchard, ada satu masjid yang nyaman: Masjid Al Falah (Al Falah Mosque). Masjid ini seperti oasis di tengah padang kemewahan Orchard. Letak masjid dua lantai ini tidak berada di tepi Jalan Raya Orchard, tapi menempati lantai dasar gedung Somerset, Cairnhill Place, di Bideford Road No 15.
Letaknya di belakang Hotel Grand Park Orchard. Hanya sekitar 30 meter berjalan dari Jalan Raya Orchard yang ramai. Papan petunjuk menuju Al Falah Mosque sebenarnya ada di pertigaan Orchard Road-Bideford Road. Namun papan putih itu kurang menonjol sehingga sering tidak terlihat. Bagi turis Indonesia yang berbelanja di Orchard, para guide tour sering menunjukkan masjid ini sebagai tempat salat.
"Masjid ini ramai kalau shalat Dzuhur dan Ashar. Kalau akhir pekan juga ramai, banyak orang Indonesia salat di sini," kata Ustadz Muhamad Sahid (21) seusai memimpin salat Magrib, kepada sejumlah wartawan Indonesia yang diundang Telkomsel ke Singapura, akhir pekan lalu.
Ustadz Sahid adalah salah satu imam di masjid ini. Ia dibantu asistennya, Ustadz Muhamad Fauzi (25), dalam menjalankan tugasnya. Biasanya jika Sahid menjadi imam, Fauzi sebagai bilalnya. Jika Sahid berhalangan hadir, Fauzi menggantikannya sebagai imam salat. Baik Sahid maupun Fauzi adalah warga negara Singapura. Mereka orang Melayu yang lahir dan besar di negeri singa itu.
Menurut Sahid, jika waktu subuh, ada juga yang salat di masjid ini. Umumnya adalah petugas-petugas sekuriti yang bertugas di mal-mal di sekitar masjid.
Sedangkan pada saat salat Dzuhur dan Ashar banyak pekerja di kantor dan mal-mal sekitar Orchard salat di sana.
Ruang wudhu masjid ini tidak terlalu besar, tapi bersih. Di samping keran wudhu terletak sabun cair sehingga sebelum berwudhu kita bisa mencuci tangan dulu dengan sabun. Tersedia juga wastafel dan yang terpenting adalah keran air minum. Airnya dingin menyegarkan. Pengunjung yang haus tinggal memencet tombol di keran dan mendekatkan mulut ke keran maka air dingin segar pun keluar.
Bagi muslim Indonesia, tempat ini bisa jadi solusi untuk beristirahat sejenak, bahkan bisa melepas dahaga. Kita bisa mengisi ulang air minum dari keran tersebut jika membawa botol kosong. Bagi para backpacker, mengisi ulang air minum ini adalah strategi penghematan mengingat sebotol air mineral di Orchard mencapai 1 dolar (Rp 7.700), bahkan lebih.
Masjid Al Falah bukanlah sekadar masjid tempat singgah untuk mereka yang lelah berbelanja atau cuci mata di Orchard Road. Masjid ini memiliki banyak kegiatan, seperti kursus bahasa Arab, tajwid, baca Alquran, bimbingan haji-umrah, dan kursus persiapan pernikahan.
Jika hari Jumat, ada kuliah agama seusai salat Jumat. Kursus-kursus tersebut ada yang gratis dan ada juga yang berbayar.
Sebagai contoh, kursus tentang pernikahan yang akan digelar 29-30 September mendatang dikenakan tarif 130 dolar Singapura (Singapore Dolar/SGD) per orang. Ada ruang-ruang kelas dalam masjid dengan ukuran tidak terlalu besar untuk kursus tersebut. Pembimbingnya ustadz-ustadz dari luar, tapi tidak ada yang dari Indonesia. Sedangkan ustadz yang menjadi imam salat, ada tujuh orang yang bertugas secara bergilir dalam memimpin salat. Dari tujuh orang itu satu di antaranya adalah ketua imam, yaitu Ustadz Yusuf Abdulrahim.
Pergiliran tugasnya pada salat Subuh bertugas dua imam (satu imam, satu bilal), Dzuhur dan Ashar dua imam, lalu Isya dan Magrib dua imam. Pada salat Dzuhur dan Ashar biasanya ada ketua imam. Sahid, yang baru berusia 21 tahun, bertugas memimpin salat Magrib dan Isya pada malam Minggu itu. Sehari-harinya pada pukul 07.00-17.00 ia sebagai pengajar tahfiz Quran di Masjid Darul Iman di kawasan Geylang, Singapura.
Ustadz Sahid mendalami ilmu agama Islam di salah satu pesantren di daerah Kelantan, Malaysia.
Dalam bertugas sebagai imam salat wajib, Ustadz Sahid dibayar 12 SGD untuk sekali salat pada saat weekday (Senin-Jumat). Sedangkan saat weekend (Sabtu-Minggu), ia menerima bayaran 15 SGD sekali salat. Jadi, jika ia bertugas jadi imam salat Magrib dan Isya saat malam minggu, ia bisa mengantungi 30 SGD (kurang lebih Rp 231.000).
Adapun bilal yang bertugas saat weekday dibayar 8 SGD sekali salat dan saat weekend 10 SGD sekali salat. Ustadz Fauzi, yang saat ditemui wartawan malam Minggu itu bertugas sebagai bilal Magrib dan Isya, akan menerima bayaran 20 SGD (sekitar Rp 154.000).
Menurut Sahid, pemerintah Singapura tidak terlalu mencampuri urusan agama di negeri ini. Ia mengaku menerima gaji dari manajemen masjid, sedangkan Majlis Ulama Islam Singapura (MUIS) memberikan bantuan operasional sebesar 12 persen dari dana yang dimiliki masjid tersebut. Di Singapura, menurutnya, ada 114 masjid dan pemeluk Islam makin bertambah.
"Banyak orang Tionghoa di Singapura sini yang mulai memeluk Islam. Mereka juga banyak belajar Islam di masjid ini," ujarnya.
Saat ini Singapura yang berpenduduk sekitar 5 juta jiwa dengan 75 persen warganya adalah keturunan Tionghoa. Agama Islam menjadi kedua yang terbesar setelah Buddha.
[sumber]
0komentar:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !